Kerajaan Pajajaran
Pendahuluan
Pajajaran
adalah nama kerajaan yang lokasinya di pulau Jawa bagian barat, disebut Jawa
Kulwan atau Jawa Kulon. Ada juga yang menyebut puseur atau galeuh (pusat) tatar
Sunda. Keadaan alamnya digambarkan bagai surga di bumi, karena sangat subur dan
indah. Maka tidak heran jika banyak yang menghendaki memilikinya.
Mengenai
Pajajaran, banyak yang menulis, sehingga sulit untuk membuat ringkasan secara
tegas, karena adanya data-data yang kadang-kadang bertentangan, terutama
kaitannya dengan Islam, dan asing. Dari data-data terdahulu dapat diketahui,
bahwa Jawa Barat itu merupakan wilayah yang sangat menarik. Raja-raja besar
berusaha untuk menaklukkan wilayah ini. Tetapi tidak satu pun yang berhasil,
karena oleh pribumi dipertahankan mati-matian. Tak ada yang mampu meruntuhkan
kerajaan di Jawa Barat.
Gajah
Mada telah mencoba dengan cara tipu muslihat yang sangat licik dan kejam, yang
dikenal dengan sebutan Pasundabubat, ialah perang di Bubat. Tapi hasilnya ialah
keruntuhan dirinya dan kemunduran Majapahit. Bagi Sunda malah punya nama yang
sangat harum karena semua orang Sunda memilih gugur di medan perang dari
pada menyerah kalah. Termasuk putri Sunda, ialah Diyah Pitaloka atau
Citraresmi, memilih bunuh diri, demi kesucian bangsanya. Peristiwa ini terjadi
tahun 1279 Caka (1363 M); tepatnya pada hari Selasa Wage/Pahing, tanggal 13
suklapaksa, Badramasa 1279 Caka (01 Agustus 1363 Masehi, 19 Sawal 0764 Hijrah)
Keharuman
Sunda ini terbukti dari data sejarah dari orang Portugis yang datang ke
wilayah Nusantara tahun 1400an Caka (1500an Masehi), jadi sekitar 140 tahun
setelah peristiwa Bubat. Kerajaan-kerajaan di Nusantara menamakan dirinya Sunda
kepada orang Portugis yang masih buta mengenai Nusantara. Maka orang Portugis
itu menyimpulkan, bahwa Nusantara itu ialah Sunda. Karena di bagian barat
pulau-pulaunya besar disebut Soenda Mayor, sedangkan di bagian timur
pulau-pulaunya kecil, maka disebut Soenda Minor.
Catatan
Portugis ini oleh orang Belanda juga dipakai dengan sebutan “Soenda eilanden”,
yang terdiri dari “Grote Soenda eilanden” dan “Kleine Soenda eilanden”, artinya
Kepulauan Sunda itu terdiri dari Kepulauan Sunda Besar dan kepulauan Sunda
Kecil. Yang dimaksud dengan Kepulauan Sunda Besar ialah Sumatra, Kalimantan,
Sulawesi dan Jawa. Sedangkan sisanya disebut Kepulauan Sunda Kecil.
Islam
memusuhi Pajajaran, karena Pajajaran tidak sudi dijajah oleh siapapun. Islam
yang dijadikan alat oleh Cina digunakan untuk merebut Nusantara. Di antaranya
bermaksud meruntuhkan Pajajaran. Mula-mula Cirebon melepaskan diri dari
Pajajaran karena didukung oleh kekuatan Demak. Lalu jalur perekonomian
diblokir, karena lintasan laut utara telah berada dalam kekuasaan Islam dan
Cina.
Raja
Pajajaran waktu itu mempunyai banyak anak, ia mempunyai putra mahkota anak dari
permaisuri. Istri lainnya raja Pajajaran mempunyai 3 orang anak, yaitu pertama
Raden Banyakcatra, Raden Kamandaka yang menjadi bupati di Pasirluhur. Kedua
Raden Banyakngampar menjadi bupati Dayeuhluhur, ketiga Nay Retna Ayu Mrana yang
dikawinkan dengan Raden Baribin/Panditaputra yang patuh pada Siwa-Buddha.
Sejarah
Kerajaan Pajajaran
Kala
|
1404 –
1443 Caka (1484 – 1521 Masehi) : 39 tahun.
|
Penobatan
di
|
Pakwan
Pajajaran ke 1Senin Pahing/Kaliwon, 12 suklapaksa, Caitra (6), 1404 Caka
(15-06-1484 M).
|
Nama
asal
|
Ratu
Jayadewata, Dewata Prana, Dewawisesa
|
Nama
nobat
|
Sri
Baduga Maharaja Prabu Guru Dewata Prana, Sri Baduga Maharaja Ratu Déwata
|
Nama Pantun
|
Prabu
Siliwangi.
|
Permesuri
|
Kentring
Manik Mayang Sunda, Déwi Mayang Sunda, putri Susuktunggal.Kakak sang
permesuri bernama Amuk Murugul, ratu Japura di sebelah timur Cirebon.
|
Anak
|
1
Prabhu Surawisesa, Guru Gantangan, Mundinglaya Dikusuma.2 Sang Surasowan,
menjadi bupati Banten Pasisir3 Déwi Surawati, bersuami Adhipati Surakreta,
Sunda Kalapa
|
Istri
|
Ambet
Kasih, putri Majalengka
|
Anak
|
|
Istri
|
|
Anak
|
1
Dipati Suranggana, Kyai Bagus Molana, menjadi ratu wilayah Wahanten Girang.
Kyai kemudian memeluk agama Islam bersama rakyat anak buahnya2
Tumenggung Jayamanggala, menjadi adipati Pakwan. Dipati Krandha, yaitu
bupati Sunda Kelapa, atau disebut juga dipati Kalapa Pasisir
|
Peristiwa
|
Prabu
Sunda dan Galuhberada dalam kerajaan Pajajaran.Ibukotanya Pakwan /
PakuanSinggasana : Sriman Sriwacana Nama Istana di Sunda: Sri Bima
Punta Narayana Madura Suradipati, disingkat Sri Bima.
Yang di
Galuh (Kawali) bernama Surawisesa.
|
Catatan
|
Sang Mantri
Brataningrat namanya sebagai menteri istana di Pakwan Pajajaran, juga sebagai
penghubung negara. Pada tahun 1434 Caka ( 1513 Masehi). Raja Sunda Sri Baduga
Maharaja Sang Ratu Jayadéwata, memerintahkan dutanya pergi ke Malaka, dengan
tujuan, ialah berkehendak mengadakan perjanjian persahabatan dengan
penguasa orang Portugis. Perutusan raja Sunda itu dipimpin oleh raja muda
Sunda, yaitu, Sang Ratu Sanghyang Surawisesa, yang pada waktu itu menjadi
ratu wilayah Kalapa Pasisir.Dalam tahun 1443 C (1521 M) mengutus putra
mahkota, Ratu Sanghyang ialah Prabu Surawisesa menjadi duta kerajaan
Pajajaran, untuk mengadakan ikatan persahabatan dengan orang Petege
(Por-tugis) di Malaka dibawah pimpinan Laksamana Buker (Albuquerque), dalam
bidang perdagangan dan pertahanan.Dengan melemahnya perekonomian Pajajaran,
maka berangsur-angsur Pajajaran menjadi lemah. Dalam tahun 1501 Caka (1578
Masehi) Pajajaran berahir.
|
Catatan
|
Naskah
: Sanghyang Siksa Kandang Karesian. Selesai ditulis bulan ke 3 (Posya) tahun
1440 Caka (Februari 1519 Masehi).
|
Mangkat
|
1443
Caka (1522 Masehi), Sang Sri Baduga mangkat dan dimakamkan di: Rancamaya
|
Kala
|
|
Kerajaan
|
Galuh
|
Nama
|
Prabhu
Ningratwangi
|
Istri
|
|
Anak
|
1
Prabhu Jayaningrat namanya, baginda menjadi ratu wilayah Galuh selama 27
tahun, ialah dari tahun 1423 Caka (1501/2 Masehi) hingga tahun 1450 Caka (
1528 Masehi). Baginda mangkat pada waktu berperang dengan kesatuan bersenjata
Pakungwati Cirebon. Semenjak itu kerajaan Galuh ada di bawah kerajaan
Cirebon.2 Sang Mantri Brataningrat namanya. Beliau menjadi menteri “dalem” di
Pakwan Pajajaran, juga sebagai penghubung negara.
|
Kala
|
|
Kerajaan
|
Pajajaran
|
Nama
|
Sang
Mantri Brataningrat
|
Jabatan
|
Menteri
istana di Pakwan Pajajaran, juga sebagai penghubung negara.
|
Kala
|
1423 –
1450 Caka (1502 – 1528 Masehi) = 27 tahun
|
Kerajaan
|
Galuh
|
Nama
|
Prabhu
Ningratwangi, Prabhu Jayaningrat
|
Istri
|
|
Anak
|
|
Peristiwa
|
Sejak
1450 Caka ( 1528 Masehi) kerajaan Galuh ada di bawah kerajaan Cirebon.
|
Mangkat
|
Ia
meninggal pada waktu bertempur dengan kesatuan bersenjata Pakungwati, Cirebon
dan Demak.
|
Kala
|
1434
Caka ( 1513 Masehi)
|
Kerajaan
|
Pajajaran
1
|
Peristiwa
|
Raja
Sunda Sri Baduga Maharaja Sang Ratu Jayadéwata, memerintahkan dutanya pergi
ke Malaka, dengan tujuan, ialah berkehendak mengadakan perjanjian persahabatan
dengan penguasa orang Portugis. Perutusan raja Sunda itu dipimpin oleh raja
muda Sunda, yaitu, Sang Ratu Sanghyang Surawisesa, yang pada waktu itu menjadi
ratu wilayah Kalapa Pasisir.
|
Prabhu
Linggadéwata
|
Ratna
Santika x Prabhu Ajiguna
|
Prabhu
Ragamulya
|
Prabhu
Maharaja Linggabhuwana -Sang Mokteng (yang mangkat di) Bubat
|
Prabhu
Niskalawastu Kancana
|
Prabhu
Déwaniskala
Sang
Ningratkancana
|
Sri
Baduga Maharaja x Nyai Ratna Mayang Sunda (puteri Prabhu Susuktunggal)
|
Prabhu
Surawisesa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar